Sabtu, 8 Mac 2014

PERSIDANGAN NICEA MEMUTUSKAN JESUS ADALAH TUHAN





"Unto thee it was showed, that thou mightest know that the LORD he is God; there is NONE ELSE BESIDE HIM" (Deuteronomy 4:35)


Sumber

Terbentuknya Gereja adalah sinonim dengan Katolik, sedangkan gereja dalam kejayaannya cenderung seperti diktator dan penentu segala keputusan, hukum-hukum maupun fahaman-fahaman karut yang berakhir dengan berbagai penyimpangan dan pembohongan, para reformer hanya sekadar memprotes segala tindak tanduk penyimpangan Gereja dan sedikit merubah dari faham-faham hasil keputusan Gereja, padahal sudah jelas bahawa akibat terlalu banyak bersandar kepada keyakinan petunjuk Roh Kudus yang datang dengan sendirinya(Dan bukan berdasarkan petunjuk/hukum agama yang sudah ditetapkan) maka kuasa roh jahat (syaitan) pasti akan memimpin, tidak peduli orang suci sebagaimanapun dia.

Bagaimana kita dapat mempercayai suatu agama yang berkembang 3 abad setelah kenabian Isa? Dari segi geografi saja sudah dapat membuktikan kelemahannya. Bagaimana mungkin Nabi Isa yang berlokasi di Timur Tengah namun ajarannya berkembang dari Eropah (Rom, Itali)? Belum lagi dari segi nama yang bermula Isa (dalam bahasa Aramaik disebut Eshoa) menjadi Jesus, Yahya menjadi Yohanes dan lain-lain. Termasuk nama pendiri agama Kristen sendiri yang berawal Saul menjadi Paulus?

Ajaran Paulus yang banyak mengandung mitos-mitos Yunani (Greek) ini ternyata banyak sekali mendapat dukungan, dari orang-orang sekitar Mediterranean, Laut Tengah.

Ia antaranya didukung oleh Ireneus (150 - 202 M), Tertulianus (155 - 220 M) Origens (185 - 254 M) dan Anthanasius, yaitu bapa yang melahirkan Triniti yang hidup sekitar tahun 298 - 377 M, yang ikut mempelopori fahaman Triniti dalam Persidangan Nicea tahun 325 M.

Di belakang Anthanasius berdiri pula Santo Agustinus (354 - 430) dan Gregoryus Nyssa (335 - 394 M). Mereka, pendukung-pendukungnya ini berbincang, berfikir dan berunding, bagaimana memecahkan persoalan Tuhan itu tiga tetapi satu.

Maka tidaklah hairan, bila kemudian terdengarkan adanya persidangan-persidangan seperti Persidangan Nicea, Persidangan Epesus, Persidangan Alexandria danm lain-lain, dimana pada tiap-tiap persidangan akan lahir pula suatu "perkembangan baru dari Tuhan," seperti penghapusan Injil-injil yang asli, pelarangan paderi-paderinya berkahwin dan seterusnya.

Dalam zaman seperti yang disebutkan, tidak pula seluruh orang menerima ajaran gila Paulus ini, sebab pada waktu itu lahir pula golongan-golongan Nestorius (388-440 M) dan Arius (270-350 M).

Kedua golongan ini terkenal gigihnya menentang ajaran Paulus, sambil tetap berkeyakinan bahawa tiada lain yang disembah melainkan Allah yang Maha Esa, dan pertentangan mereka inilah yang akhirnya menimbulkan perburuan manusia yang tiada taranya, dimana lawan-lawan ideologinya dibunuh dengan dibakar hidup-hidup, diadu dengan singa, diseret oleh kuda ataupun dihukum pijak oleh gajah.

Pemerintah Rom melihat adanya suatu kekecohan didalam negerinya, tidaklah tinggal diam. Kekecohan-kekecohan agama ini bila dibiarkan, kemungkinan besar akan menimbulkan suatu hal-hal yang lebih besar dan berbahaya pula. Itulah sebabnya maka pada tahun 326 M, Emperor Konstantin yang Agung segera mengadakan musyawarah atau persidangan dikota Nicea, dimana golongan-golongan Tertulianus, Origenes, Anthanasius dipertemukan dengan golongan Nestorius, Arius serta kawan-kawan yang seangkatan dengannya. Gagasan pertama emperor mungkin kurang diambil berat oleh umat Nasrani, maka dari undangan yang datang ternyata tidak sampai setengahnya.

Didalam perdebatan itu, mereka terpecah dua, iaitu golongan-golongan yang mempertahankan Jesus sebagai manusia, dan golongan-golongan yang mempertahankan Jesus sebagai Tuhan.

Berhubung tidak adanya kata sepakat, maka emperor mengambil keputusan (dekrit?) bahwa Jesus adalah Tuhan dan manusia, atau setengah Tuhan dan setengah manusia. Gagasan ini diterima hanya dengan 2 suara, sedang penolaknya 10 suara. Berhubung yang 2 suara ini lebih dekat dengan selera emperor, maka sejarah kemudian mencatat yang 2 suara inilah yang menang, yaitu mereka yang menerima gagasan Tuhan manusia terhadap diri Jesus. Emperor kemudiannya mengadakan suatu keputusan umum bahwa semua orang harus menerima gagasannya itu.

Apa yang berlaku sebenarnya di Persidangan Nicea?


Pada abad ini pertikaian faham sangat sengit membakar Gereja. Arius, biskup dari Alexandria, menolak ketuhanan Jesus yang menimbulkan kemarahan sebagian besar orang-orang Kristian. Akhirnya Emperor Konstantine menyelenggarakan persidangan di Nicea tahun 325 Masehi. 1800 orang yang diundang untuk hadir dalam persidangan ini terdiri daripada 1000 orang yang berasal dari Gereja Timur dan 800 dari Gereja Barat. 22 orang rombongan Arius yang dipimpin oleh Eusebius of Nicomedia, semuanya diusir dari forum.

Sehingga secara keseluruhan Konstantine telah mengusir keluar sekitar 1482 biskup dan hanya 318 yang diizinkan mengikuti hingga akhir. ( Dr. Henery Stbble, An Account of the Rise and Progress of Mohametanism, 1954, hal.44-45, Holy Blood Holy Grail hal.692, Arana-"Holocaust Theology" ).

Dari 318 suara tersebut hanya 2 suara yang mendukung Arius. Persidangan pertama yang dilaksanakan pada tarikh 20 Mei sampai 25 Jun diakhiri dengan ketukan palu yang mengesahkan Mysterious Credo, yang juga dikenal sebagai Sumpah Nicea (Nicea Credo). Sumpah Nicea yang sekarang bukanlah rumusan yang disepakati pada persidangan Nicea dulu, tetapi sudah diperluas dan diubahsuai. ( Prof. Percy Gardner, English Modernism,-Apendiks I, hal.223 ).

Yang paling penting dari semuanya, keputusan Persidangan Nicea diambil dengan cara pengambilan suara, bahwa Jesus seorang Tuhan bukan sekadar nabi yang boleh wafat. (Holy Blood Holy Grail, hal.472) Persidangan Nicea menjatuhkan hukuman pemulauan ke atas Arius (yang bertegas bahawa Jesus sekadar manusia) dan bskup lainnya yang ikut dalam persidangan tetapi menolak doktrin Triniti. Tulisan-tulisan Arius dibakar dan akan memasukkan ke penjara bagi siapa saja yang ditemui memiliki tulisannya. (Edward Gibbon, Decline and Fall of Roman Empire, vol.2, hal.693).

Pada persidangan tersebut Jesus dinyatakan sebagai, "Tuhan dari segala Tuhan, Cahaya dari segala Cahaya, Maha Tuhan dari segala Maha Tuhan". (Hasting's Encyclopedia of Etnics & Religion, vol.4, hal.239). Lingkaran terpelajar masih berada di pihak Arius dan mereka telah dikekang dengan tangan besi. Dimasa itu populariti Arius mencapai puncaknya, yang dibuktikan oleh Santo Jerome sebagai berikut :

"Seluruh dunia merasa dan terhairan-hairan menemukan dirinya sebagai penganut Arius". (Wilfred W.Briggs, Introduction to the History of the Christian Church, hal.49)

Will Durant menulis :

"Perdebatan sengit tentang doktrin Triniti yang diperkenalkan oleh Athanasius tidak pernah berakhir dengan adanya persidangan Nicea. Beberapa biskup masih berpihak pada Arius"

Kelompok gereja yang masih setia kepada Sumpah Nicea disingkirkan dari Gereja; kadang kala disingkirkan oleh kekerasan penganut Triniti; setengah abad Gereja mengikuti ajaran Arius dan meninggalkan ketuhanan Jesus. Setiap bskup memiliki bukti-bukti bertulis yang mendukungnya. Pertikaian antara dua golongan ini pecah menjadi kerusuhan berdarah, dan banyak yang terbunuh. (Will Durant, Age of Faith) Pemandangan dari kekerasan yang mengerikan dan pertempuran yang menelan ribuan jiwa, merupakan perkara yang biasa selama era ini.


Alexandria (Iskandariah), daerah tempat tinggal Arius, menjadi ladang pertikaian yang paling ganas. Gibbon mencatat, satu insiden kekerasan menelan korban "tiga ratus lima puluh jiwa". Mengenai kekejaman Gereja dalam masalah ini dibahas lengkap dalam buku Edward Gibbon (pasal 21). Dimasa pemerintahan Konstantin, merupakan era emas bagi Kristian kerana mendapatkan kitab suci Bible yang standard. Itu pun tidak mampu dikerjakan tanpa kontroversi yang dahsyat melalui persidangan-persidangan Gereja. Sebagaimana dicatat oleh Marjorie Bowen : "Kitab-kitab injil harus diubahsuai beberapa kali sebelum diterima, orang-orang yang dianggap sesat harus dihadapi, serta menyelenggarakan persidangan di Nicea tahun 325 Masehi dan di Konstantinopel tahun 381 Masehi untuk merumuskan dogma dan keimanan agama Kristian." (Marjorie Bowen, The Church and Social Progress, hal.4-5) 



sumber: http://pariajalanan.blogspot.com/


Tiada ulasan:

Catat Ulasan